Yudha Brama Jaya
Dalam kenyataannya di sekitar kita, bencana kebakaran masih saja terjadi. Bencana ini umumnya disebabkan karena keteledoran manusia seperti akibat puntung rokok, kompor minyak /gas, lilin , hubungan singkat instalasi dan peralatan listrik. Bahaya kebakaran tidak separah yang ditimbulkan oleh asap dan uap beracun yang menimbulkan banyak korban. Dengan demikian sesuai dengan tuntutan persyaratan pengamanan terhadap bahaya kebakaran, suatu konstruksi bangunan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut ini. Ketahanan struktur untuk waktu tertentu dengan menggunakan bahan-bahan tahan api yang tidak akan terbakar atau menghasilkan asap; Pembuatan penjalaran api agar penyebarannya ke bagian bangunan lainnya dapat dicegah; Sistem keluar (exit) yang memadai; Sistem peringatan dini terhadap api dan asap yang efketif; sprinkler dan ventilasi untuk panas dan asap.
Setiap bangunan tinggi harus menyediakan tangga darurat/tangga kebakaran. Pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat, terutama pada bangunan tinggi, tangga kedap api/asap merupakan tempat yang paling aman dan harus bebas dari gas panas dan beracun. Ruang tangga yang bertekanan (presurized stair well) diaktifkan secara otomatis pada saat kebakaran. Pengisian ruang tangga dengan udara segar bertekanan positif akan mencegah menjalarnya sap dari lokasi yang terbakar ke dalam ruang tangga. Tekanan udara dalam ruangan tangga tidak boleh melampaui batas aman, karena jika tekanan udara dalam ruangan terlampau tinggi, justru akan menyebabkan pintu tangga sulit/tidak dapat dibuka. Pada gedung tinggi sangat dibutuhkan beberapa kipas udara (blower) untuk memastikan bahwa udara segar yang masuk ke dalam ruang tangga jauh dari kemungkinan masuknya asap. Disamping itu bangunan yang sangat tinggi perlu dilengkapi dengan lift kebakaran.
Tetapi apa yang akan terjadi? Jika tangga darurat sudah terkepung api dan diselimuti asap pekat, atau telah rusak akibat guncangan gempa yang akhir-akhir ini sering menghantam kita, ke mana jalan untuk keluar dari perangkap gedung tinggi?
Mulai dari teknologi sederhana dan kelihatannya kurang mengyakinkan dilakukan orang, karena maraknya kebakaran dan juga trauma gempa yang sering menghantui kita. Mulai dari menyiapkan segulung tali dan menyimpan di meja kantor. Tali itu akan digunakan untuk turun melalui jendela pada ruangan di berlantai belasan, jika terjadi keadaan darurat. Ide ini memang terdengar konyol dan tidak lazim, namun merupakan ide bagus saat kondisi darurat.
Konsep suplemen evakuasi (Tecno Konstruksi, Edisi 19, 2009: 16-17), merupakan pelengkapan sistem evakuasi bangunan tinggi atau area tertentu saat kondisi darurat. Hal ini dimaksudkan bukan untuk mengganti aturan yang ada selama ini untuk keluar melalui tangga darurat, melainkan menawarkan cara alternatif jalan keluar, ketika rute penyelamat tradisional telah terblokir atau tidak aman. Bagi orang sakit, cedera atau terganggu fisiknya, suplemen evakuasi bisa menjadi sarana utama baginya.
Penyediaan tambahan evakuasi ini, merupakan tanggung jawab pemilik atau pengelola gedung. Pemerintah daerah juga berkewajiban menyiapkan sistem evakuasi tambahan yang dapat digunakan saat darurat bagi bangunan pablik yang sering dikunjungi masyarakat. National Fire Protection Association (NFPA), salah satu lembaga di Amerika Serikat yang fokus pada keselamatan dari kebakaran, mendorong penggunaan wajib tambahan evakuasi ini untuk bangunan lebih dari enam lantai. Pada bangunan sangat tinggi, perlulah dicari upaya untuk dapat mengevakuasi 5.000 orang dalam waktu kurang dari 30 menit tanpa menggunakan tangga atau lift.
Suatu sistem yang baru-baru ini dikembangkan di Amerika Serikat (Jimmy S. Juwana, 2005), merupakan fasilitas evakuasi sebagai upaya yang terakhir jika orang teperangkap pada bangunan tinggi. Teknologi ini bergantung pada tahanan udara dinamik. Pada saat evakuasi darurat, di mana tangga dan lift tidak lagi berfungsi, maka penghuni/pengguna bangunan akan menggunakan sejenis ”sabuk pengaman” yang dikaitkan pada gulungan kabel. Begitu gulungan ini terkunci pada sistem ini, yang merupakan perangkat kipas udara yang kokoh dan diangkur pada bangunan, maka orang dapat melompat dan mendarat di tanah dengan selamat. Tahanan dari bilah baling-baling kipas udara akan berputar pada saat gulungan kabel terurai pada kecepatan 3,7 meter/detik.
Sistem ini terdiri dari kipas udara dengan empat bilah baling-baling yang lebarnya 30 cm, di mana ujung yang satu terkunci pada sumbu gulungan. Rangka utama ini dilengkapi dengan landasan luncur yang menjorok sekitar 30 cm, keluar bukaan jendela atau balkon. Orang yang beratnya sekitar 45 kilogram akan mendarat pada kecepatan 2,4 sampai 2,7 meter/detik, sama dengan kecepatan orang yang melompat dari ketinggian kursi. Setiap orang memiliki gulungan masing-masing dan akan lepas dengan sendirinya begitu orang tersebut tiba di tanah, sehingga gulungan kabel dapat pula digunakan oleh orang berikutnya.
Pintu keluar harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam, pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel dan harus juga dilengkapi dengan penutup pintu otomatis (door closer). Pintu harus dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang berada di luar ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada di dalam ruang tangga), dan sebaiknya menggunakan tuas pembuka yang memudahkan, terutama dalam keadaan panik (panic bar).
Persyaratan pintu keluara lainnya, pintu harus dilengkapi tanda peringatan: ”TANGGA DARURAT-TUTUP KEMBALI”, dan pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m2 dan diletakkan di tengah bagian atas dari daun pintu, serta pintu keluar tersebut harus dicat dengan warna merah.